Minggu, 16 Agustus 2015

Putus

Oiya aku belom cerita tentang cinta cintaan. Sekarang aku single, iya single adalah sebuah pilihan. Pilihan yang aku ambil dan telah disetujui. Well, aku memilih putus bukan gara gara mau cari cowok lain, bukan karena kepincut seseorang di dunia kerja, bukan karena salah dia juga (karena menurutku dia udah berusaha luar biasa buat berubah demi aku dan keberlangsungan hubungan kami). Semua ini terjadi begitu saja setelah kita sama sama sibuk skripsi. Inget banget waktu dia mulai pilot project (kira kira maret 2014) kita diem dieman (macem break) tanpa komunikasi sama sekali, bahkan ketemu juga acuh gitu selama sebulan. Mulai dari situ aku agak gimana gitu, ternyata rasa itu mulai luntur. Tapi akhirnya kami masih baikan di bulan april 2014. Hubungan kita berlanjut kayak biasanya, dia mulai ambil data dan aku juga. sampai mei dia hampir selesai ambil data dan aku udah mulai nulis. hubungan masih baik sampai aku sidang agustus dan dia sidang oktober. Aku bolak balik solo jogja karena kos abis akhir bulan agustus. Akhirnya kami bisa wisuda bareng di bulan november 2014. Di hari wisuda kita sembunyi sembunyi buat foto studio, kami ke studio foto berbeda dan tidak ada foto studio bareng. Sudah mulai aneh. Selanjutnya kami sibuk mencari kerja, dia akhirnya balik ke rumah dan nggak ngekos lagi di bulan desember 2014. Dan entah kenapa aku tau bakal berakhir kayak gini, jadi sebelum dia pindah, aku menjauh. Aku tau aku bakal sedih, jadi aku melakukan antisipasi. Sikap ini yang selalu aku ambil, iya sebenernya aku penakut. Aku takut sakit. Dan saat dia pergi dari jogja kita break. Aku nggak nganterin dia dan bahkan ketemu. Desember aku ulangtahun, dia nitipin kado sama kue ke temenku. Dia gak ngucapin selamat sama sekali, kami masih gak berkomunikasi. Ternyata dia liburan tahun baru ke papua. Januari 2015, setelah dia pulang aku sms untuk bilang terima kasih. Dia menanggapi dengan hangat, tapi aku dingin. Lagi lagi aku melakukan tindakan antisipasi. Sampai februari 2015 dia ke jogja tiba tiba dan ngasih kejutan di sunmor (waktu itu aku janjian sama temen temen mau main ke sunmor dan tiba tiba dia dateng dan menganggap diantara kita gak ada apa apa). Aku masih risih, karena jujur selama dua bulan kita gaada komunikasi aku kira kita udah putus. Jadilah agak canggung. Kita ngobrol dan baikan, kayaknya aku mengalah dan minta maaf karena menghilang. Hubungan berjalan biasa lagi. Dia kembali ke jogja untuk mencari pekerjaan. Tapi itu gak berjalan lama, bulan maret 2015 teman dekat kami berdua sidang dan permasalahan bermula lagi, dia merasa aku meninggalkan dia gara gara nggak dateng bareng untuk makan makan perayaan sidang. Dan kami lagi lagi berantem, break. Sampai bulan april 2015 aku mendapat pekerjaan di karawang. Dan pindah. Hingga awal Mei 2015 dia tiba tiba muncul di depan tempat kerjaku. Dia hadir lagi, dan aku sudah terlanjur malas, sudah acuh dan benar benar tidak peduli. Dia bersikap biasa lagi, seakan gak ada apapun yang terjadi. Kami membicarakan ini dan aku sudah terlanjur malas, dan minta untuk putus, dia gamau. Kekeuh. Aku nggak bisa menolak, kita membaik lagi, bahkan sampai jalan bareng karena dia masih nganggur nunggu panggilan kerja, tahap akhir katanya. Bulan mei itu menjadi bulan paling ampuh, dia akhirnya keterima kerja juga, dan kita mulai jalan dengan mobil (seperti keinginannya). tapi Tuhan berkata lain, sampailah pada titik akhir, pada bulan juni, saat kami ingin merayakan hari jadi ke 37 kami putus. Di hari jadi, dimana pada saat itu juga aku membawa kado ulang tahunnya yang baru sempat ada. Kejadian bermula ketika dia telat menjemputku, dia menyuruh aku turun di tempat yang bahkan dia tidak tahu, alasannya karena dekat dengan mall tempat kita mau jalan jalan. Setengah jam aku menunggu, kebetulan saat itu bulan puasa dan tengah hari buta, dan kebetulan pula itu masa masa dimana aku sedang emosi bulanan. Jadilah aku marah hebat (tidak seperti biasanya) dan dia yang tadinya tenang akhirnya ikut emosi. Dan kami berpisah dalam emosi. Buyar sudah semua rencana kami. Dan hari hari berikutnya dia mendelcon semua akunku. Aku terima saja karena mungkin itu cara dia move on. Kita putus tanpa kata kata. Kemudian sekitar dua minggu lalu kita bertemu dalam pesta pernikahan teman kami. Kami akhirnya ngobrol untuk pertama kalinya. Dan sekarang semua sudah clear, kami berpisah, walupun belum bisa berteman kembali, tapi setidaknya aku sudah mengatakan bahwa aku tidak menganggap dia musuh, aku akan tetap menjadi temannya, biar waktu yang menjawab. Saat ini aku sedang malas pacaran, apalagi menemukan dan mencari orang baru. Jadi kalau ada yang mengira aku putus karena kepincut salah! Aku bukan orang seperti itu, aku tidak mau sembuh karena orang lain, tapi aku harus bisa sembuh karena aku. Jujur, aku memang sedih karena tidak ada lagi "partner in crime" dalam segala hal. Dialah partner in crimeku, itu yang membuatku sedih. Tapi aku tidak bisa juga kembali karena ada beberapa hal yang membuat dia sebatas itu tidak dapat lebih.

Oiya ini kado yang sampai sekarang masih tergeletak di meja belajarku: